Wednesday, December 31, 2008

Perilaku Seksual Menyimpang



Aku pernah dg tidak sengaja melihat seorang co yg exhibitionist. Ceritanya gini, sewaktu pulang kuliah menuju tempat tinggalQ, dari jauh Q melihat ada 2 org anak kecil yg keheranan & merasa aneh setelah mereka melihat sesuatu, entah itu apa Q blm tau. Setelah agak dekat dg tempat anak2 itu merasa keheranan, Q melihat seorang co yg gelagatnya agak aneh, Q jd ngerasa aneh juga & merasa ada sesuatu yg ga beres. Setelah agak dekat dg tu co, co itu senyum2 senang sambil memandangQ. Q tambah aneh dg tu co.

Ternyata….tu co sedang melakukan sesuatu –yaitu sedang melakukan sesuatu dg “titit-nya” entah ngapain coz ga jelas Q liatnya & melakukan hal tsb didepan umum (memperlihatkan kemaluannya ddepan umum)-. Sontak aQ kaget & agak takut. Jarak tu co ga jauh2 amat lagi dg Q. Mau balik nanggung, rumah dh dekat bgt. Nekat aj jln terus pantang mundur, & pura2 cuek seakan ga liat apa yg dilakuin tu co.

Untungnya tu Co ga berusaha mendekat n ga ngapa2in aQ, dia diam ditempat aj sambil terus melakukan kegiatannya tadi. Tapi mungkin dia agak sebel dan kecewa dg diriQ kali ya, coz ekspresiQ waktu mandangin dia biasa2 aj & terkesan cuek. Orang2 spt dia (exhibist) kan mengharapkan respon dari org yg melihatnya kaya takut, shock, dll yg membuatnya senang. Dari respon org2 itu kn dia mendapatkan kenikmatan. Dan yg lebih untungnya lagi tuh, waktu itu Q ga pke kacamata jd pandanganQ agak kabur. Jadi ga ngeliat “punya-nya” co exhibist itu deh. H3…. Amit2 cabang bayi deh…

Ternyata yg ngeliat tu co sedang melakukan aksinya ga cuma aQ, Ka2 n adik Q juga. Mereka semua pada shock. Waktu mendengar cerita mereka Q cuma berkata: kalian liat hal seperti itu jg ya?? Tu org kayanya emang ada kelainan alias mengalami gangguan psikologis pd seksualnya, coz sblmnya Q juga dah ngeliat sendiri n kalian juga yg brarti dia emang sering spt itu, n Q ngerti2 dikitlah hal spt itu, kan Q dah belajar ttg penyimpangan seksual yg salah satunya membahas hal tsb waktu kuliah. H3… Langsung aja K2 Q berkata: pantesan aj kamu nyantai2 aj pas Q crita hal ini. Dah ngeliat sendiri n ngerti kenapa sih….. (H3…^.^v)

Kejadian di atas mungkin pernah kalian dengar atau bahkan kalian alami sendiri spt diriQ n K2Q. Memang biasanya yg mengalami hal ini para cewek. Perilaku co di atas merupakan salah satu perilaku seksual yg menyimpang, atau termasuk gangguan tingkahlaku seksual.

Berbagai jenis gangguan tsb bisa saja terdapat pada orang2 normal, sbg variasi. Tetapi kalau tingkah laku tsb sudah mjd keharusan, dilakukan ber-ulang2, dan merupakan satu2nya syarat utk tercapainya kepuasan seksual org tsb, maka sudah dikategorikan sbg kelainan, penyimpangan, atau gangguan.



DEVIASI SEKSUAL



Para ahli membagi ’deviasi seksual’ dlm berbagai jenis, antara lain:

Masochisme, seseorang yg mendapatkan kegairahan seksual dan kepuasan seksual dg siksaan fisik atau mental. Sikap ini timbul dari perasaan malu atau tidak senang dg hubungan yg biasa. Biasanya perilaku menyimpang ini muncul pada orang2 yg memiliki trauma negatif saat masih kecil. Pada penderitanya harus menjalani pengobatan psikologis yg intensif.

Sadisme, seseorang yg mencapai kepuasan seksual dg cara menimbulkan penderitaan psikologis atau fisik pada pasangannya (lawan dari masochisme). Spt juga masochisme, sikap ini timbul dari perasaan malu atau tidak senang dg hubungan yg normal.

Exhibitionisme, seseorang yg mendapatkan kepuasan dg memperlihatkan genitalia-nya di tempat umum serta pada org yg tidak dikenalnya. Perilaku menyimpang ini lebih sering terdapat pd co daripada ce. Penyebabnya karena adanya perasaan tidak mampu atau tidak aman hingga ingin mendapatkan perhatian.

Voyeurisme, seseorang yg mendapatkan kepuasan dg mengintip aktivitas seksual org lain, tanpa sepengetahuan org tsb. Disebut juga sbg peeping tom, karena biasanya dikerjakan secara diam2. Perilaku ini biasanya juga byk dilakukan co daripada ce, dg perbandingan 9:1.

Troilisme atau Triolosme, tindakan membagi pasangan dg org lain, sementara org tsb menontonnya. Seorang triolist adl seseorang yg mempunyai masalah dg kemampuannya sehingga butuh pengakuan.



ORIENTASI SEKSUAL



Adapun kalau dilihat dari orientasi atau sasaran seksual yg menyimpang, antara lain:

Zoofilia (Bestialitas), perbuatan atau fantasi melakukan hubungan dg hewan.

Pedofilia, perilaku pada seorang dewasa yg suka atau bergairah dg anak2. Penderita pedofilia biasanya bodoh, pencandu alkohol, dan asosial.

Transvestisme, perilaku seseorang yg dlm berhubungan harus memakai pakaian pasangannya. Misalnya, laki2 memakai pakaian perempuan. Transvestisme berlaku juga bagi laki2 atau perempuan yg bukan transeksual (banci). Biasanya muncul akibat pengalaman waktu kanak2 karena orangtuanya tidak puas dg jenis kelamin anaknya.

Fetishisme, yakni penggunaan benda (fetish) dlm melakukan hubungan. Obyek atau benda tsb dpt berupa pakaian dlm, rambut, sepatu, atau sarung tangan . Biasanya penderita fetishisme adl laki2, dan mereka mendapatkan benda2 tersebut dg cara mencuri atau merampas.

Incest, bentuk hubungan antara dua org yg masih mempunyai hubungan keluarga dekat. Banyak kasus terjadi pada pasangan dari keluarga yg tidak harmonis (broken home).

Semua org yg menderita perilaku menyimpang spt di atas, biasanya punya pengalaman hidup traumatis di saat kecil atau remaja. Sehingga mereka memang benar2 harus menjalani pengobatan atau terapi psikologis secara intensif.



Penyimpangan Perilaku Seks pada Remaja..!



Kisaran usia remaja laki2 dan perempuan adl antara 14-15 th sampai dg 17-18 th. Pada usia perkembangan tsb, percepatan pertumbuhan fisik sangat menonjol, sementara itu ciri seks primer dan sekunder pun ikut mengalami pertumbuhan. Proses pertumbuhan tentu saja mengarah pada bentuk dan pematangan fungsi spt layaknya manusia dewasa.

Gejolak emosional, sbg penyertaan percepatan perkembangan fisik, sering terjadi begitu ekstrem sehingga menyulitkan remaja sendiri maupun lingkungannya. Konflik dg orangtua dan keluarga pada umumnya akan berkembang, yg sering ditandai pada satu sisi oleh kebutuhan yg kuat utk mandiri (otonom). Sedangkan pada sisi lain dlm kenyataannya ketergantungan baik moril maupun materiil masih sangat besar pada orangtua dan keluarga.

Pertumbuhan fisik yg spesifik terjadi adl pematangan bentuk dan fungsi kelamin pada masa remaja. Pertumbuhan seks ini membawa konsekuensi psikologi yg juga cukup rumit dihadapi remaja, karena bersamaan dg itu remaja pun menyadari akan munculnya kebutuhan fisik baru, yaitu dorongan seksual dan kebutuhan akan pemuasannya baik secara erotik maupun hubungan seksual.

Kenyataan akan kesenjangan antara pematangan fungsi biologi dan pematangan sosial psikologis pun menjadi kendala psikofisik cukup berat yg harus dihadapi remaja.

Pertumbuhan fisik remaja akan membuat remaja kelihatan mengarah pada bentuk tubuh dewasa, yg antara lain ditandai oleh tinggi badan yg bertambah, lebar punggung dan pinggul yg juga bertambah, dan panjang serta besarnya organ panca indera serta fungsinya yg semakin sempurna. Kecuali itu ciri2 seks sekunder pun tumbuh pula, yg pada laki-laki antara lain terdiri dari tumbuhnya buah jakun, bulu2 di area tubuh tertentu, pori2 kulit membesar dan warna kulit pun menjadi agak kelam. Sementara pada perempuan, kecuali tumbuh bulu2 pada area tubuh tertentu, juga buah dada serta pinggul pun membulat dan membesar.

Dg pematangan fungsi seksual, yaitu menstruasi pd remaja perempuan dan mimpi basah pd remaja laki2, maka kelenjar seks pun memproduksi hormon yg mempengaruhi munculnya dorongan dan kebutuhan seksual erotis.

Percepatan pertumbuhan dan perkembangan fisik disertai pula gejala fisik lain yg dirasakan kurang nyaman oleh remaja. Remaja menjadi cepat lelah, malas, dan mudah mengantuk, sementara kuantitas dan kualitas makanan yg dibutuhkan pun meningkat. Kondisi ini akan diikuti oleh hal2 sbg berikut:

a. Keinginan mengisolasi diri dari pergaulan umum maupun pergaulan keluarga.

b. Kejenuhan/kebosanan. Timbul rasa bosan melakukan kegiatan yg sebenarnya selalu dilakukan dg senang hati, seperti bosan sekolah atau kegiatan sosial tertentu. Dg demikian, prestasi sekolah umumnya menurun drastis.

c. Gangguan koordinasi. Sering remaja tidak menyadari besarnya tubuh saat ini sehingga aktivitas fisik sering dilakukan spt seolah kelebihan tenaga.

d. Antagonisme sosial. Kebutuhan "otonom", mandiri berkembang sbg konsekuensi perlakuan yg menuntut dari lingkungan terhadap remaja. Namun kenyataannya, remaja merasa ia sendiri belum yakin akan kemampuan utk otonom, shg remaja sering dihadapkan pd situasi frustrasi.

e. Peningkatan emosionalitas. Kemurungan, cepat tersinggung, sifat-sifat provokatif, depresi, marah-gembira, silih berganti dlm waktu relatif singkat, sehingga sulit dimengerti oleh orangtua, keluarga, dan sekolah.

f. Kehilangan keyakinan diri. Perasaan selalu disalahkan lingkungan sering membuat remaja merasa kehilangan keyakinan diri. Hal ini diikuti rasa rendah diri yg eksesif pada utk sementara remaja.

g. Kesadaran akan kebutuhan erotiks dan seksual yg mendorong rasa ingin tahu tentang masalah seks dan seksualitas.

Berangkat dari rasa ingin tahu yg sangat besar inilah kisaran perilaku seksual remaja berada dlm dimensi wajar/normal hingga menyimpang.

Gejolak emosi remaja yg fluktuatif seperti diungkapkan di atas, membawa remaja pada posisi ber-tanya2 ttg keadaan teman remaja lainnya. Mereka mempertanyakan keadaan teman sebaya dan hal inilah yg membuat kedekatan emosional remaja menjadi erat dg teman sesama remaja.

Kedekatan emosional yg terjalin terkadang bahkan menggeser kedekatan emosional antara remaja dg orangtua dan keluarga. Mereka terkesan kompak dan saling melindungi. Rasa ingin tahu tentang hal seks pun diungkap dlm relasi dg teman sebaya. Oleh berbagai sebab memang terdapat kondisi mental remaja yg secara dimensional dpt diungkap sbg kondisi remaja sehat mental sampai dg remaja yg bermasalah.

Remaja bermasalah akan ditandai oleh rasa rendah diri yg intensitasinya tinggi, sangat labil secara emosional, sulit bergaul, dan terpaku pada gejolak emosi serta dorongan seksual semata.

Karakteristik Remaja Bermasalah adalah:

a. Remaja bermasalah pada dasarnya kurang mampu berkawan dan tidak populer. Ia akan secara berlanjut mengisolasi diri, rasa ingin tahu tentang seks akan dilampiaskan dg atau melalui kegiatan masturbasi/onani yg berlebihan yg membuat remaja semakin rendah diri karena rasa bersalah dan takut diketahui orang lain.

b. Pada remaja bermasalah yg dikuasai dorongan agresi dan antagonistik, maka kepekaan thdp pengaruh perilaku seks menyimpang pd umumnya akan lebih tinggi. Pada umumnya mereka juga rawan terhadap pengaruh penggunaan obat2an dan minuman keras. Remaja tipe ini akan menyalurkan rasa ingin tahu thdp seks melalui membaca "terbitan stensilan" di antara teman remaja sekelompok, menonton film biru, dan melakukan eksperimen seksual dg cara onani bersama teman remaja, mencoba hubungan seksual dg lawan jenis sebaya, bahkan dg pekerja seks, mencoba perilaku seks homoseksual dg teman sebaya atau dg waria yg berprofesi sebagai prostitusi, melakukan pemerkosaan bersama teman thdp korban yg ditemui di jalan.

Dg perilaku tsbt remaja akan mengembangkan sikap seksual negatif yg ditandai perilaku psikososioseksual sbg berikut:

1. Perkembangan sikap seksual negatif, sehingga mengalami kesulitan dlm menjalin relasi heterososial yg baik. Ia akan memperlakukan lawan jenisnya dg cara tidak sesuai dg tatanan normatif yg berlaku.

2. Remaja tipe ini akan secara bertahap kehilangan makna sakral hubungan seks antarjenis kelamin. Ia akan menganggap seks sbg sesuatu yg dpt dg mudah diperjualbelikan.

3. Dengan kehilangan makna sakral masalah seksual, remaja ini akan menempatkan dorongan seksual tidak lebih tinggi dari sekadar dorongan hewani. Tentu saja kondisi ini akan mendorong remaja berperilaku seks bebas yg membawa konsekuensi terserang penyakit kelamin sepertigonorhoe, herpesseksual, sifilis,bahkan AIDS.

ABORSI PADA REMAJA

Definisi Aborsi

Abortus Provocatus adalah istilah latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Artinya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang perempuan. Yang berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di dalam kandungan. Ini bisa dikatakan adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
  • Aborsi Spontan / Alamiah: berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas dari sel telur dan sel sperma.
  • Aborsi Buatan / Sengaja: pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini bisa dokter, bidan atau dukun beranak).
  • Aborsi Terapeutik / Medis: pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik.

Karena itu, abortus provocatus (aborsi yang disengaja) harus dibedakan dengan abortus spontaneous (abortus spontan) yang mana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Dalam bahasa Indonesia, yang pertama disebut “pengguguran kandungan”, sedangkan yang kedua disebut “keguguran”. Untuk menunjukkan pengguguran kandungan, istilah yang paling popular sekarang digunakan adalah “aborsi” yang berasal dari kata “abortions”.


Sebab-Sebab Dilakukannya Aborsi pada Remaja

Aborsi bisa dilakukan oleh seorang wanita hamil dengan berbagai alasan. Tetapi alasan yang paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja).
Alasan-alasan dilakukannya aborsi seperti: tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah ataupun tanggung jawab lainnya; tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak; dan tidak ingin memiliki anak tanpa ayah.
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Kebanyakan kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri – termasuk takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi

Dampak Aborsi

Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan perempuan terutama jika dilakukan secara sembarangan, yaitu dilakukan oleh mereka yang tidak terlatih. Pendarahan yang terus-menerus serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab utama kematian perempuan yang melakukan aborsi. Di samping itu aborsi juga berdampak pada kondisi psikologis. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Perasaan sedih karena kehilangan bayi, beban batin akibat timbulnya perasaan bersalah dan penyesalan dapat mengakibatkan depresi. Oleh karena itu konseling mutlak diperlukan kepada pasangan sebelum mereka memutuskan untuk melakukan tindakan aborsi. Tindakan aborsi harus diyakinkan sebagai tindakan terakhir jika altenatif lain sudah tidak dapat diambil.

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri
2. Berteriak-teriak histeris
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
4. Ingin melakukan bunuh diri
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
Diluar hal-hal diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya

Tindakan Preventif untuk Mengurangi Angka Aborsi

• Berikan remaja akan informasi yang benar, konseling, dan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi yang berkualitas
• Mendorong remaja untuk melanjutkan pendidikan, memaksimalkan potensi, mencegah pernikahan dini dan risiko melahirkan muda
• Mengajarkan pada remaja (khususnya perempuan) untuk bertindak asertif terhadap pasangan.
• Mendorong anak perempuan untuk menunda kehamilan sampai mencapai kematangan baik secara psikis dan emosi.
• Menyiapkan anak laki-laki menjadi ayah dan teman yang bertanggung jawab.
• Mendorong orang dewasa khususnya orangtua mau mendengar dan merespon masalah remaja.
• Menolong remaja terhindar dari risiko dan bahaya seksual dan reproduksi.
• Melibatkan remaja dalam keputusan-keputusan yang menyangkut kehidupannya.

Penanganan Pasca Aborsi

Sesudah menjalani aborsi, perempuan tidak boleh dibiarkan berjuang sendirian. Konseling yang baik harus tersedia baginya, bila ia membutuhkan untuk mengatasi masalah-masalah psikologisnya. Jadi, konseling itu tidak hanya penting saat sebelum memutuskan aborsi tetapi juga sesudah aborsi dijalani.

Friday, December 5, 2008



Cinta lagi, cinta lagi….

Kenapa sih cinta itu crowdid bgt???

Ada aja masalahnya…

Ga diriQ sendiri,

Orang lain juga,

Kaya temen2 Q sendiri

Malam ini aja ada bbrp tmn yg crita ttg cintanya

Dengan senang hati dan terbuka,

Diterima aja smua keluhan kesah mereka ttg cintanya itu

Dan fakta membuktikan,

Berdasarkan pengalaman2 orang tsb n lain2nya +diriQ sndiri…..

-Cinta emang ribet

-Ga segampang n seindah yang diharapkan

-Sering bikin sakit hati n benci orang yg kita cinta itu

Tapi, walopun gtu…

Cinta juga bisa manis n indah ko…

Jadi, jangan takut akan cinta

N’ jangan menghindar dari cinta

Biar cinta itu mengalir apa adanya bagai air



Malang, 9 November 2008

11.40pm WITA




Cinta itu datang begitu saja

Ga diinginkan
Ga diduga
Di waktu yang ga tepat
Juga pada orang yang ga tepat
Hanya kekesalan
Hanya kesedihan
Hanya kekecewaan yang dirasa
Kenapa cinta yang seperti itu yang mesti ada?
Buat patah hati yang bikin sakit hati aja
Kalo bisa milih dan minta
Pasti lebih baik ga ada rasa cinta itu
Biar cinta itu datang hanya pada
Waktu yang tepat dan orang yang tepat
Agar cinta bisa terasa manis dan menyenangkan

Malang, 5 November 2008
02.30 am WITA

Cinta, kenapa bisa nyakitin banget???

Disaat cinta ga berpihak, rasanya sakit banget

Kalo bisa memilih, mungkin lebih baik milih ga ada rasa cinta itu

Biar ga sakit, biar ga kecewa, biar ga patah hati

Kenapa cinta itu datang disaat yang ga tepat dan kepada orang yang ga tepat juga

Cinta…cinta…

Bisa bikin orang senang, sedih, ketawa, nangis

Semua itu karena cinta